Pernahkah kamu secara tiba-tiba membeli suatu produk? Padahal kamu sendiri tidak terlalu membutuhkan produk tersebut. Hal ini dilakukan secara spontan tanpa pikir dua kali. Tanpa memikirkan apa saja benefit atau keuntungan yang akan didapatkan dari produk yang kamu beli tersebut.
Membeli suatu produk yang diimpikan memang merupakan hal yang lumrah. Kamu juga sudah mengetahui apa saja fungsi dan keuntungannya, karena kamu memang membutuhkannya.
Namun, bagaimana jadinya jika kamu membeli suatu produk secara spontan? Nah inilah yang akan kita bahas di artikel kali ini. Jadi, baca terus sampai tuntas ya. Boleh banget sambil ngopi santai.
Apa Itu Impulsive Buying?
Impulsive buying merupakan sebuah perilaku pada seseorang yang membeli suatu produk tanpa berpikir dua kali. Istilah ini diambil dari bahasa Inggris, impulsive buying atau pembelian secara impulsif. Impulsif sendiri berarti sebuah tindakan ketika seseorang melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.
Impulsive buying dianggap memiliki risiko yang cukup besar bagi kondisi keuangan seseorang. Berbeda dengan perilaku frugal living yang cenderung lebih berhemat, impulsive buying justru sebaliknya, lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan.
Pada praktiknya, sikap impulsive buying cenderung lebih menggunakan emosi perasaan daripada logika. Biasanya perilaku ini muncul karena terpacu oleh sesuatu yang menarik, misalnya saja diskon atau promo, sehingga menjadi tertarik untuk membeli. Ia menganggap kesempatan tersebut tidak akan bisa didapatkan di hari lain.
Kenali Faktor Pemicu Impulsive Buying
Sikap impulsive buying ini sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor yang perlu kamu ketahui dengan baik, agar nantinya tidak terjebak ke dalam situasi seperti ini. Apalagi kondisi perekonomian kamu yang pas-pasan, pastinya bakalan membuat uang kamu habis.
1. Faktor pemasaran
Strategi pemasaran terbukti memiliki pengaruh yang cukup kuat atas munculnya sikap impulsive buying bagi seseorang. Misalnya saja harga diskon, promo, cashback hingga buy 1 get 1. Strategi ini mampu menarik minat dan perhatian, sehingga akan muncul keinginan untuk membeli dan memiliki produk tersebut.
2. Faktor kepribadian
Tren kekinian bisa menjadi pemicu munculnya sindrom belanja impulsif bagi sebagian orang. Biasanya mereka akan merasa gengsi dan FOMO (Fear Of Missing Out: perasaan takut tertinggal jika tidak mengikuti suatu tren) jika tidak memiliki barang yang sedang ngetren saat itu. Untuk meningkatkan citra diri dan popularitas, mereka rela membeli apa saja yang menunjang tujuan tersebut.
3. Faktor kondisi produk
Kondisi suatu produk yang memiliki value sangat menarik, terkadang juga berpengaruh kepada perilaku tingkah laku belanja impulsif. Misalnya saja varian produk, tampilan kemasan sangat menarik atau produk yang langka. Hal ini mampu meningkatkan minat beli seseorang meski sebenarnya tidak membutuhkannya.
Dampak Negatif Impulsive Buying
Siapa sangka, kebiasaan belanja impulsif sangat berpengaruh terhadap perekonomian. Bahkan untuk jangka panjang. Selain itu juga terdapat beberapa dampak negatif lainnya yang perlu kamu ketahui, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Menimbulkan perilaku boros
Dampak negatif dari impulsive buying adalah membuat kamu menjadi semakin boros. Belanja impulsif akan menghabiskan uang hanya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting, sehingga harus mengorbankan pengeluaran demi memuaskan nafsu pribadi saja.
2. Barang-barang jadi menumpuk di rumah
Terlalu banyak membeli barang, akan membuat rumah penuh dengan barang yang tidak terpakai. Hal ini disebabkan perilaku belanja yang tidak terkontrol, sehingga banyak barang jadi menganggur dan tidak terpakai di rumah.
3. Terjebak kredit yang menyiksa
Untuk belanja banyak barang, tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi jika penghasilan pas-pasan, bukan tidak mungkin akan membeli barang secara kredit hanya untuk memuaskan hasrat belanja impulsif. Jika kebiasaan ini dibiarkan, maka utang akan terus menumpuk di kemudian hari.
4. Kesulitan untuk merencanakan keuangan
Dampak negatif perilaku belanja impulsif adalah kesulitan dalam merencanakan keuangan. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak pengeluaran yang sebenarnya tidak penting. Kamu juga jadi kesulitan untuk menyusun rencana keuangan masa depan, karena tidak memiliki tabungan.
Tips Mencegah Perilaku Impulsive Buying
Sebaiknya segera cegah perilaku belanja impulsif sebelum kamu benar-benar bangkrut dan kehilangan seluruh uangmu. Berikut ini ada beberapa tips mencegah impulsive buying yang bisa kamu coba lakukan :
1. Kenali perbedaan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants)
Sebelum membeli suatu barang, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut, atau hanya sekadar ingin ikut-ikutan tren saja. Dengan mengetahui perbedaannya, akan mampu meminimalisir pengeluaran, sehingga menghindari membeli barang-barang yang tidak penting dan tidak diperlukan.
2. Susun skala prioritas sebelum membeli barang
Dengan menentukan skala prioritas sebelum membeli barang merupakan salah satu tips mencegah impulsive buying yang cukup ampuh. Skala prioritas akan membantumu dalam mengontrol diri untuk membeli barang-barang yang sesuai kebutuhan saja, serta menunda barang kurang penting untuk pembelian-pembelian berikutnya.
3. Hindari mengunduh banyak aplikasi marketplace pada ponsel
Sebisa mungkin minimalisir aktivitas di aplikasi marketplace pada ponsel. Cara ini agar kamu bisa terhindar dari aktivitas belanja impulsif. Satu aplikasi saja sudah cukup bagi kamu untuk belanja online. Hindari mengunduh banyak aplikasi marketplace, agar kamu tidak lapar mata belanja online.
4. Batasi penggunaan kartu kredit dan pembayaran online
Kartu kredit akan membantu memudahkan kamu untuk melakukan berbagai transaksi. Namun di sisi lain, kartu kredit juga bisa membuat penggunanya semakin boros. Maka dari itu, batasi penggunaan kartu kredit untuk menghindari aktivitas belanja impulsif. Sebaiknya pilih pembayaran secara tunai saja.
5. Tahan diri untuk tidak terlalu sering belanja menggunakan paylater
Tips mencegah impulsive buying selanjutnya adalah berusaha untuk menahan diri agar tidak terlalu sering bertransaksi menggunakan paylater. Sebaiknya manfaatkan layanan ini secara bijak, misalnya ketika dalam keadaan mendesak saja.
Konklusi
Belanja secara bijak adalah langkah paling tepat untuk menyelamatkan dari perilaku belanja impulsif. Jangan sampai hasrat dan nafsu belanja menjerumuskan kamu ke dalam perilaku belanja impulsif. Semoga artikel ini bisa bermanfaat yaa!
Pernah beberapa kali begini 🤣🤣🤣. Trutama ya mas, pas lagi marah dan bad mood. Itu bawaan ku pasti belanja. Langsung beli aja apa yg menarik di market place. Tapi biasanya barangnya pasti yg aku pake dan suka. Cth kayak parfume, skincare, atau buku. Jd ga boros terbuang. Cuma kalo dibilang butuh atau ga, itu yg ga pake pertimbangan 😂. Selepas belanja, baru deh mood membaik 😄
BalasHapus