Memasuki penghujung bulan Januari 2024, saya mengikuti salah satu talk show yang biasa diadakan oleh KBR dan NLR Indonesia. Adapun tema yang diangkat tidak jauh dari masalah kesehatan, terutama masalah kusta di Indonesia. Apalagi talk show ini bertepatan dengan momen memperingati Hari Kusta Sedunia.
Perlu kamu ketahui, Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day (WLD) diperingati setiap tahun pada minggu terakhir di bulan Januari. Pada tahun 2024 ini, jatuh pada tanggal 28 Januari. Adapun tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kusta di Indonesia serta menjadi momen yang tepat untuk menggaungkan diakhirinya stigma dan diskriminasi terhadap pasien kusta dan orang yang pernah mengalami kusta atau OYPMK.
Banyak pihak yang menggelar berbagai kegiatan untuk memperingati Hari Kusta Sedunia ini, salah satunya Ruang Publik KBR dan NLR Indonesia yang mengadakan talk show. Saya dan beberapa rekan blogger maupun media mengikuti secara live melalui Channel Berita KBR di YouTube. Tema yang diangkat pun tidak jauh dari peringatan Hari Kusta Sedunia 2024 dan secercah harapan agar Indonesia suatu saat akan bebas kusta.
Talk Show Ruang Publik KBR - Peringatan Hari Kusta Sedunia 2024
Dua lembaga independen yang sangat vokal mengangkat isu kusta di Indonesia adalah NLR Indonesia dan juga KBR. Melalui talk show kali ini, akan dipandu oleh Rizal Wijaya, dengan narasumber Agus Wijayanto MMID (Direktur Eksekutif NLR Indonesia) dan Hana Krismawati, M. Sc (Pegiat Kusta dan Analis Kebijakan - Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan-Minister Office).
KBR atau Kantor Berita Radio merupakan penyedia konten berita berbasis jurnalisme independen yang telah berdiri sejak tahun 1999. Konten-konten berita KBR bisa kamu simak secara lengkap melalui website kbr.id maupun melalui media sosial.
Adapun NLR Indonesia adalah sebuah organisasi non-pemerintahan (LSM) yang membantu mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta. Sejak tahun 1975, program kerja NLR Indonesia telah dirintis oleh NLR Belanda dan juga Pemerintah Indonesia.
Memasuki tahun 2018, NLR bertransformasi menjadi sebuah entitas nasional, yaitu NLR Indonesia yang memiliki tujuan untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta.
Masih Banyak Pegiat Kesehatan yang Tidak Mengetahui Kondisi Kusta Saat Ini
Fakta mengejutkan datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bahwa Indonesia menempati posisi ke-3 dengan jumlah penyakit kusta terbanyak di dunia, setelah India dan Brazil. Penyakit kusta memang masih menjadi masalah kesehatan yang sangat kompleks. Di Indonesia sendiri masih ada sejumlah provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta, sehingga hal ini masih menjadi perhatian serius bagi beberapa pihak terkait.
Hana Krismawati lebih lanjut menyebutkan bahwasanya masih banyak masyarakat yang tidak tahu kalau kasus kusta di Indonesia ini masih ada. Bisa jadi ada juga penderita kusta di sekitar kita. Bahkan tidak sedikit pegiat kesehatan yang tidak mengetahui kondisi ini.
"Jadi, memang, kusta ini memang mungkin bukan hanya generasi Z ya, di generasi saya yang milenial itu juga mungkin sudah banyak yang tidak tahu. Tetapi, kenyataannya memang kasus kusta di Indonesia itu masih ada gitu ya. Dan itu masih ada di sekitar kita sebenarnya. Bahkan banyak pegiat kesehatan yang tidak tahu kondisi ini sebenarnya gitu"
Lebih lanjut Hana mengatakan, melalui sosialisasi seperti ini diharapkan mampu meningkatkan awareness atau kesadaran kita terhadap kasus kusta di Indonesia. Apalagi para penderita kusta sangat membutuhkan dukungan untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri , sehingga mereka bisa kembali berdaya, aktif dan produktif.
Eliminasi Kusta dari Indonesia Secara Bersama-sama
Bapak Agus Wijayanto menambahkan bahwa terdapat program khusus untuk mengurangi kusta. Dan ini menjadi agenda penting agar kasus kusta di Indonesia benar-benar bisa tereliminasi.
"Bahwa yang menurut NLR menjadi sangat penting ini upaya untuk membuat Indonesia bebas kusta tidak bisa sendirian. Upaya harus dilakukan bersama-sama semua pihak, Jadi, Kementerian Kesehatan berperan pengambil kebijakan di tingkat kabupaten provinsi, kabupaten kota berperan. Kemudian masyarakat juga berperan"
Lebih lanjut Agus menambahkan bahwa siapapun bisa berkontribusi untuk mengurangi kasus kusta.
"Kalau misalnya ada informasi atau menemukan tetangga atau teman yang kelihatannya perlu memeriksakan diri, dorong untuk memeriksakan diri di puskesmas. Karena layanan ada, obat tersedia, pencegahan ada dan ketika ke puskesmas berobatnya gratis. Jadi, ini jadi semua pihak mari kita berkontribusi untuk memastikan agar saudar-saudara kita itu bisa segera tertangani"
Pesan Berharga dari Peringatan Hari Kusta Sedunia
Masih menurut pendapat Hana, bahwa peringatan Hari Kusta Sedunia kali ini membawa sebuah pesan berharga yang berisi harapan secara global, agar kita semua, khususnya Indonesia bisa bebas dari kusta.
"Nah untuk hari kusta di dunia saat ini, kita mengusung tema dan saya rasa Kementerian Kesehatan Indonesia juga mengikuti tema global yang saat ini sudah dicanangkan, yaitu Beat Leprosy Unity Act and Eliminate. Pesan yang mau disampaikan tentu saja karena kita ingin sekali benar-benar mengeliminasi kusta ini dari negara kita dan juga menjadi semangatnya global untuk membantu para penyandang kusta untuk sembuh dari sakitnya"
Mengapa disebut unity act and eliminate? Karena untuk melakukan itu, kita tidak bisa sendirian. Harus ada unity (kesatuan) atau harus bersama-sama menjadikan program yang sangat inklusif, bukan ekslusif. Jadi, tidak hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja, misalnya dokter kulit saja, melainkan peran dari berbagai pihak dan juga komponen masyarakat.
Konklusi
Berbagai program maupun strategi telah dilakukan untuk mengurangi kasus kusta di Indonesia. Namun yang paling penting adalah adanya dukungan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, termasuk lapisan masyarakat, agar program tersebut bisa berjalan efektif.
Sangat disarankan bagi penderita kusta untuk tidak menunda-nunda mendatangi puskesmas atau layanan kesehatan terdekat. Apalagi saat ini layanan kusta sudah semakin mudah diakses, tidak hanya di rumah sakit saja.
Semoga dengan adanya kegiatan edukasi ini bisa kembali membuka kesempatan bagi kita semua untuk saling memberikan dukungan serta tidak ada lagi stigma negatif ataupun diskriminasi terhadap penderita kusta serta orang yang pernah menderita kusta.
Semoga bermanfaat.